Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih
manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang
dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
(Josep S Roucek dan Roland S Warren)
Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto : 1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya : nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
Proses pembentukan kelompok sosial Kelompok sosial terbentuk karena manusia memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Klasifikasi Kelompok Sosial
A. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan erat longgarnya ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies: 1. Paguyuban (gemeinschaft)
Paguyuban: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal.
Ciri-ciri kelompok paguyuban :
- terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
- hubungan antar anggota bersifat informal
Tipe paguyuban:
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)
Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah.
Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek moyang.
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)
Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.
Komunitas : kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas.
Contoh :
Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga)
c. Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama
2. Patembayan (gesselschaft)
Patembayan: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek.
Ciri-ciri kelompok patembayan :
- hubungan antaranggota bersifat formal
- memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
- memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
- lebih didasarkan pada kenyataan sosial
Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.
B. Klasifikasi kelompok sosial menurut Durkheim : 1. Kelompok Solidaritas Mekanik : kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan emosional, kekerabatan, persamaan cita-cita, dan ikatan keagamaan.
2. Kelompok Solidaritas Organik : kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan fungsonal/profesional.
C. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan kualitas hubungan antar anggota menurut Charles H. Cooley: 1. Kelompok Primer (Primary Group) : kelompok dimana orang dapat mengenal orang lain secara pribadi dan akrab.
Contoh : keluarga, teman sepermainan, dan rukun tetangga.
2. Kelompok Sekunder (Secondary Group) : kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, hubungannya tidak harus saling mengenal secara pribadi, kurang akrab, dan sifatnya tidak begitu langgeng.
D. Klasifikasi kelompok sosial menurut W. G. Sumner :
(Josep S Roucek dan Roland S Warren)
Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto : 1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya : nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
Proses pembentukan kelompok sosial Kelompok sosial terbentuk karena manusia memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Klasifikasi Kelompok Sosial
A. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan erat longgarnya ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies: 1. Paguyuban (gemeinschaft)
Paguyuban: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal.
Ciri-ciri kelompok paguyuban :
- terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
- hubungan antar anggota bersifat informal
Tipe paguyuban:
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)
Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah.
Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek moyang.
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)
Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.
Komunitas : kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas.
Contoh :
Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga)
c. Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama
2. Patembayan (gesselschaft)
Patembayan: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek.
Ciri-ciri kelompok patembayan :
- hubungan antaranggota bersifat formal
- memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
- memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
- lebih didasarkan pada kenyataan sosial
Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.
B. Klasifikasi kelompok sosial menurut Durkheim : 1. Kelompok Solidaritas Mekanik : kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan emosional, kekerabatan, persamaan cita-cita, dan ikatan keagamaan.
2. Kelompok Solidaritas Organik : kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan fungsonal/profesional.
C. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan kualitas hubungan antar anggota menurut Charles H. Cooley: 1. Kelompok Primer (Primary Group) : kelompok dimana orang dapat mengenal orang lain secara pribadi dan akrab.
Contoh : keluarga, teman sepermainan, dan rukun tetangga.
2. Kelompok Sekunder (Secondary Group) : kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, hubungannya tidak harus saling mengenal secara pribadi, kurang akrab, dan sifatnya tidak begitu langgeng.
D. Klasifikasi kelompok sosial menurut W. G. Sumner :
1. Kelompok Dalam
(In-Group) : kelompok dimana seseorang menjadi anggota kelompok
tersebut.
2. Kelompok Luar (Out-Group) : kelompok dimana seseorang bukan anggota suatu kelompok tersebut.
E. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan kerincian aturan yang diterapkan menurut J.A.A. Van Doorn:
2. Kelompok Luar (Out-Group) : kelompok dimana seseorang bukan anggota suatu kelompok tersebut.
E. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan kerincian aturan yang diterapkan menurut J.A.A. Van Doorn:
1. Kelompok formal : mempunyai
peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk
mengatur hubungan mereka.
2. Kelompok informal : tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu.
F. Klasifikasi kelompok sosial menurut Robert K. Merton:
2. Kelompok informal : tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu.
F. Klasifikasi kelompok sosial menurut Robert K. Merton:
1. Membership
group: kelompok dimana setia orang secara fisik menjadi anggota kelompok
tersebut.
2. Reference group: kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
G. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan proses terbentuknya: 1. Kelompok semu
Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat sementara. Kelompok sosial ini tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran jenis, atau aturan. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Sebagai contoh yang mungkin sering dilihat yaitu berkumpulnya orang-orang ketika terjadi peristiwa tabrakan. Orang-orang yang berkumpul tadi tidak ada yang memerintahkan untuk berkumpul. Mereka juga tidak memiliki aturan, bukan atas dasar kesadaran perasaan yang sama, dan juga mereka tidak mempunyai ikatan antara satu dengan lainnya. Ketika proses evakuasi tabrakan tersebut telah selesai, maka satu per satu orang meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut kembali sepi. Hal ini berarti kelompok tersebut adalah semu dan bersifat sementara. Adapun ciri-ciri kelompok semu adalah:
1) tidak direncanakan karena terjadi secara spontan,
2) tidak terorganisasi sehingga tidak berstruktur,
3) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama(langgeng),
4) tidak ada kesadaran kelompok, dan
5) kehadirannya bersifat sementara.
Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang termasuk kerumunan, yaitu:
a) Penonton pasif (formal audience)
Penonton pasif (formal audience), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama erat dan mempunyai sifat pasif. Pada kelompok sosial ini interaksi sosialnya sangat dibatasi bahkan dihindari. Masing-masing individu mempunyai perhatian tertentu yang tidak ingin diganggu.Contohnya penonton di dalam gedung film dan pendengar khotbah. Khotbah adalah bagian dari suatu peristiwa ibadah. Dalam khotbah terjadi komunikasi searah yaitu orang yang berkhotbah kepada para pendengar. Suasana khotbah diharapkan khidmat dan tertib sehingga pendengar khotbah dilarang berbicara. Mereka harus mendegarkan, dan jika terjadi suara atau pembicaraan akan ditegur oleh orang di sebelahnya. Pendengar khotbah sangat pasif karena hanya mendengarkan materi dari peristiwa tersebut.
b) Kelompok ekspresif (planned expressive group)
Kelompok ekspresif (planned expressive group), yaitu kerumunan yang mementingkan tujuan dari pada pusat perhatian. Orang-orang berkumpul dengan tujuan yang sama tanpa memandang apa yang menarik perhatian mereka. Contohnya orang yang berkumpul di pantai untuk berekreasi, orang yang sedang pesta, dan sebagainya.
Turis yang berada di pantai untuk menikmati pemandangan pada saat liburan datang dari berbagai kelompok sosial dengan tujuan yang sama. Mereka bertujuan untuk berlibur dan memilih daerah pantai sebagai tempat berlibur. Pusat perhatian mereka mungkin saja berbeda-beda seperti ada yang sedang memperhatikan ombak, ada yang memperhatikan tiupan angin, dan sebagainya.
c) Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds)
Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds), yaitu kerumunan sementara yang tidak menyukai kehadiran orang lain sebab dapat menghambatnya untuk mencapai tujuan. Contohnya orang yang sedang antri karcis. Orang tersebut agak kurang senang bila ada orang lain karena kehadiran orang lain tersebut dapat menghambatnya mencapai tujuan.
Setiap orang yang mengantri karcis akan mempunyai harapan untuk segera mendapatkan karcis. Semakin banyak orang berantri, maka semakin kecil peluang untuk memperoleh karcis. Oleh karena itu, orang lain dianggap sebagai penghambat untuk mencapai tujuan. Tetapi perlu diingat bahwa budaya mengantri adalah budaya yang baik dan perlu dikembangkan.
d) Kerumunan panik (panic causal crowds)
Kerumunan panik (panic causal crowds), yaitu kerumunan orang yang dalam keadaan panik untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Contohnya ketika sedang terjadi gempa semua orang berkumpul di depan rumah.
Suatu tragedi yang sangat memilukan pernah terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004. Pasalnya terjadi gempa bumi yang mencapai kekuatan 9 skala ricther yang mengakibatkan munculnya gelombang pasang, yang dikenal dengan tsunami. Karena cepat dan dahsyatnya bencana tersebut, banyak orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bahkan orang yang berhasil menyelamatkan diri sekali pun harus melalui perjuangan yang keras dan harus melawan kepanikan yang sangat luar biasa. Semua orang diliputi oleh kepanikan yang tinggi, saling berebut kesempatan agar dapat menyelamatkan diri. Dari hal tersebut dapat dibayangkan bagaimana kacau dan paniknya keadaan pada saat itu.
e) Kerumunan emosional (acting lawless crowds)
Kerumunan emosional (acting lawless crowds), yaitu kerumunan yang menggunakan kekuatan fisik untuk melawan norma-norma pergaulan hidup yang bersangkutan, contohnya pengeroyokan.
f) Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd)
Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd),yaitu kerumunan orang yang tindakannya melawan norma pergaulan hidup dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Contohnya kumpulan orang yang mabuk dan pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang.
2) Massa (mass)
Massa mempunyai kemiripan ciri dengan kerumunan tetapi proses terbentuknya agak berbeda. Pada massa ada sebagian pembentukan yang disengaja dan ada sebagian yang terjadi secara spontan. Contohnya adalah pengumpulan orang-orang di sebuah lapangan/jalan untuk melakukan demonstrasi.
3) Publik (public)
Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato adalah publik.
b. Kelompok nyata
Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Hampir pada semua kelompok sosial yang terjadi di masyarakat merupakan kelompok nyata.
Adapun bentuk-bentuk kelompok nyata adalah:
1) Kelompok statistik (statistick group)
Kelompok statistik merupakan kelompok dalam arti analitis saja. Ciri-ciri dari kelompok ini adalah:
a) tidak direncanakan tetapi bukan berarti terjadi secara spontan,
b) tidak terorganisir dalam satu wadah tertentu,
c) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama (langgeng),
d) tidak ada kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya bersifat tetap.
Kelompok statistik ini biasanya digunakan sebagai sarana penelitian. Agar penelitian mudah dilakukan, maka masyarakat dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya. Contohnya kelompok laki-laki dan wanita, kelompok anak-anak, kelompok pengusaha, dan sebagainya.
2) Kelompok kemasyarakatan (societal group)
Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang di dalamnya terdapat persamaan kepentingan pribadi diantara para anggotanya, tetapi kepentingan tersebut bukanlah kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri:
a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
c) kemungkinan ada interaksi, interelasi, dan komunikasi,
d) kemungkinan terjadi kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya tetap.
Kelompok kemasyarakatan dapat mempunyai wilayah yang tidak terbatas. Contohnya kelompok yang memiliki kesamaan warna kulit, kelompok masyarakat suku Jawa, dan sebagainya.
3) Kelompok sosial (social group)
Kelompok sosial oleh para ahli sosiologi sering disebut kelompok masyarakat “khusus”. Sering kali kelompok ini terjadi karena ikatan pekerjaan, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan sebagainya. Ciri-ciri kelompok sosial adalah:
a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
c) ada interaksi dan interelasi sehingga terjadi komunikasi,
d) ada kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya tetap.
Kelompok sosial agak berbeda dengan kelompok terdahulu karena di antara para anggotanya sudah terjadi interaksi dan interelasi yang terus menerus sehingga terjadi komunikasi. Contohnya kelompok teman bermain, tetangga, dan sebagainya.
4) Kelompok asosiasi (associational group)
Kelompok asosiasi mempunyai bentuk yang tetap. Ciri-ciri kelompok asosiasi adalah:
a) terjadi karena sengaja direncanakan/dibuat,
b) terorganisir dalam suatu wadah,
c) ada interaksi, interalasi, dan komunikasi secara terus menerus,
d) kesadaran berkelompok sangat kuat, dan
e) kehadirannya bersifat tetap.
Kelompok asosiasi paling mudah dikenali karena adanya wadah tertentu. Contohnya partai politik, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.
Hubungan antarkelompok
Ethnosentrisme merupakan suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan menilai kelompok lain menggunakan kelompok sendiri sebagai rujukan.
2. Reference group: kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
G. Klasifikasi kelompok sosial berdasarkan proses terbentuknya: 1. Kelompok semu
Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat sementara. Kelompok sosial ini tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran jenis, atau aturan. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Sebagai contoh yang mungkin sering dilihat yaitu berkumpulnya orang-orang ketika terjadi peristiwa tabrakan. Orang-orang yang berkumpul tadi tidak ada yang memerintahkan untuk berkumpul. Mereka juga tidak memiliki aturan, bukan atas dasar kesadaran perasaan yang sama, dan juga mereka tidak mempunyai ikatan antara satu dengan lainnya. Ketika proses evakuasi tabrakan tersebut telah selesai, maka satu per satu orang meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut kembali sepi. Hal ini berarti kelompok tersebut adalah semu dan bersifat sementara. Adapun ciri-ciri kelompok semu adalah:
1) tidak direncanakan karena terjadi secara spontan,
2) tidak terorganisasi sehingga tidak berstruktur,
3) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama(langgeng),
4) tidak ada kesadaran kelompok, dan
5) kehadirannya bersifat sementara.
Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang termasuk kerumunan, yaitu:
a) Penonton pasif (formal audience)
Penonton pasif (formal audience), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama erat dan mempunyai sifat pasif. Pada kelompok sosial ini interaksi sosialnya sangat dibatasi bahkan dihindari. Masing-masing individu mempunyai perhatian tertentu yang tidak ingin diganggu.Contohnya penonton di dalam gedung film dan pendengar khotbah. Khotbah adalah bagian dari suatu peristiwa ibadah. Dalam khotbah terjadi komunikasi searah yaitu orang yang berkhotbah kepada para pendengar. Suasana khotbah diharapkan khidmat dan tertib sehingga pendengar khotbah dilarang berbicara. Mereka harus mendegarkan, dan jika terjadi suara atau pembicaraan akan ditegur oleh orang di sebelahnya. Pendengar khotbah sangat pasif karena hanya mendengarkan materi dari peristiwa tersebut.
b) Kelompok ekspresif (planned expressive group)
Kelompok ekspresif (planned expressive group), yaitu kerumunan yang mementingkan tujuan dari pada pusat perhatian. Orang-orang berkumpul dengan tujuan yang sama tanpa memandang apa yang menarik perhatian mereka. Contohnya orang yang berkumpul di pantai untuk berekreasi, orang yang sedang pesta, dan sebagainya.
Turis yang berada di pantai untuk menikmati pemandangan pada saat liburan datang dari berbagai kelompok sosial dengan tujuan yang sama. Mereka bertujuan untuk berlibur dan memilih daerah pantai sebagai tempat berlibur. Pusat perhatian mereka mungkin saja berbeda-beda seperti ada yang sedang memperhatikan ombak, ada yang memperhatikan tiupan angin, dan sebagainya.
c) Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds)
Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds), yaitu kerumunan sementara yang tidak menyukai kehadiran orang lain sebab dapat menghambatnya untuk mencapai tujuan. Contohnya orang yang sedang antri karcis. Orang tersebut agak kurang senang bila ada orang lain karena kehadiran orang lain tersebut dapat menghambatnya mencapai tujuan.
Setiap orang yang mengantri karcis akan mempunyai harapan untuk segera mendapatkan karcis. Semakin banyak orang berantri, maka semakin kecil peluang untuk memperoleh karcis. Oleh karena itu, orang lain dianggap sebagai penghambat untuk mencapai tujuan. Tetapi perlu diingat bahwa budaya mengantri adalah budaya yang baik dan perlu dikembangkan.
d) Kerumunan panik (panic causal crowds)
Kerumunan panik (panic causal crowds), yaitu kerumunan orang yang dalam keadaan panik untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Contohnya ketika sedang terjadi gempa semua orang berkumpul di depan rumah.
Suatu tragedi yang sangat memilukan pernah terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004. Pasalnya terjadi gempa bumi yang mencapai kekuatan 9 skala ricther yang mengakibatkan munculnya gelombang pasang, yang dikenal dengan tsunami. Karena cepat dan dahsyatnya bencana tersebut, banyak orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bahkan orang yang berhasil menyelamatkan diri sekali pun harus melalui perjuangan yang keras dan harus melawan kepanikan yang sangat luar biasa. Semua orang diliputi oleh kepanikan yang tinggi, saling berebut kesempatan agar dapat menyelamatkan diri. Dari hal tersebut dapat dibayangkan bagaimana kacau dan paniknya keadaan pada saat itu.
e) Kerumunan emosional (acting lawless crowds)
Kerumunan emosional (acting lawless crowds), yaitu kerumunan yang menggunakan kekuatan fisik untuk melawan norma-norma pergaulan hidup yang bersangkutan, contohnya pengeroyokan.
f) Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd)
Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd),yaitu kerumunan orang yang tindakannya melawan norma pergaulan hidup dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Contohnya kumpulan orang yang mabuk dan pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang.
2) Massa (mass)
Massa mempunyai kemiripan ciri dengan kerumunan tetapi proses terbentuknya agak berbeda. Pada massa ada sebagian pembentukan yang disengaja dan ada sebagian yang terjadi secara spontan. Contohnya adalah pengumpulan orang-orang di sebuah lapangan/jalan untuk melakukan demonstrasi.
3) Publik (public)
Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato adalah publik.
b. Kelompok nyata
Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Hampir pada semua kelompok sosial yang terjadi di masyarakat merupakan kelompok nyata.
Adapun bentuk-bentuk kelompok nyata adalah:
1) Kelompok statistik (statistick group)
Kelompok statistik merupakan kelompok dalam arti analitis saja. Ciri-ciri dari kelompok ini adalah:
a) tidak direncanakan tetapi bukan berarti terjadi secara spontan,
b) tidak terorganisir dalam satu wadah tertentu,
c) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama (langgeng),
d) tidak ada kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya bersifat tetap.
Kelompok statistik ini biasanya digunakan sebagai sarana penelitian. Agar penelitian mudah dilakukan, maka masyarakat dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya. Contohnya kelompok laki-laki dan wanita, kelompok anak-anak, kelompok pengusaha, dan sebagainya.
2) Kelompok kemasyarakatan (societal group)
Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang di dalamnya terdapat persamaan kepentingan pribadi diantara para anggotanya, tetapi kepentingan tersebut bukanlah kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri:
a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
c) kemungkinan ada interaksi, interelasi, dan komunikasi,
d) kemungkinan terjadi kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya tetap.
Kelompok kemasyarakatan dapat mempunyai wilayah yang tidak terbatas. Contohnya kelompok yang memiliki kesamaan warna kulit, kelompok masyarakat suku Jawa, dan sebagainya.
3) Kelompok sosial (social group)
Kelompok sosial oleh para ahli sosiologi sering disebut kelompok masyarakat “khusus”. Sering kali kelompok ini terjadi karena ikatan pekerjaan, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan sebagainya. Ciri-ciri kelompok sosial adalah:
a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,
b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,
c) ada interaksi dan interelasi sehingga terjadi komunikasi,
d) ada kesadaran berkelompok, dan
e) kehadirannya tetap.
Kelompok sosial agak berbeda dengan kelompok terdahulu karena di antara para anggotanya sudah terjadi interaksi dan interelasi yang terus menerus sehingga terjadi komunikasi. Contohnya kelompok teman bermain, tetangga, dan sebagainya.
4) Kelompok asosiasi (associational group)
Kelompok asosiasi mempunyai bentuk yang tetap. Ciri-ciri kelompok asosiasi adalah:
a) terjadi karena sengaja direncanakan/dibuat,
b) terorganisir dalam suatu wadah,
c) ada interaksi, interalasi, dan komunikasi secara terus menerus,
d) kesadaran berkelompok sangat kuat, dan
e) kehadirannya bersifat tetap.
Kelompok asosiasi paling mudah dikenali karena adanya wadah tertentu. Contohnya partai politik, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.
Hubungan antarkelompok
Ethnosentrisme merupakan suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan menilai kelompok lain menggunakan kelompok sendiri sebagai rujukan.
0 komentar:
Posting Komentar